Fakta Trauma Bonding, Bikin Susah Keluar dari Hubungan Toksik

Trauma bonding adalah fenomena psikologis di mana seseorang merasa terikat secara emosional dengan pelaku kekerasan atau hubungan toksik, meskipun mengalami penderitaan atau kerugian yang signifikan. Hubungan ini sering kali membuat korban merasa terjebak dan kesulitan untuk meninggalkan hubungan yang merugikan. Berikut adalah fakta-fakta penting mengenai trauma bonding, mengapa hal ini terjadi, dan bagaimana dampaknya pada individu yang terlibat.

1. Apa Itu Trauma Bonding?

Trauma bonding terjadi ketika korban merasa sangat terikat dengan pelaku kekerasan karena pola-pola perilaku yang melibatkan penegasan dan pengkondisian emosional. Hubungan ini seringkali ditandai dengan siklus kekerasan yang melibatkan periode kekerasan, diikuti oleh periode rekonsiliasi atau penyesalan dari pelaku, yang menciptakan ikatan emosional yang kuat.

**2. Pola Hubungan Toksik

a. Siklus Kekerasan: Hubungan toksik sering mengikuti pola siklus kekerasan, yang terdiri dari tiga fase: ketegangan, kekerasan, dan penyesalan atau rekonsiliasi. Selama fase penyesalan, pelaku mungkin menunjukkan rasa bersalah atau memberi janji untuk berubah, menciptakan harapan palsu pada korban bahwa hubungan dapat membaik.

b. Penguatan Positif: Selama fase rekonsiliasi, pelaku mungkin memberikan pujian, hadiah, atau perilaku baik untuk membuat korban merasa dihargai dan dicintai. Ini memperkuat perasaan bahwa hubungan memiliki nilai dan memperumit keputusan untuk meninggalkannya.

**3. Faktor Psikologis yang Berperan

a. Kebutuhan untuk Validasi: Korban sering mencari validasi dan pengakuan dari pelaku, yang mungkin awalnya menunjukkan perhatian dan kasih sayang. Ketika hubungan berubah menjadi toksik, kebutuhan untuk validasi ini dapat membuat korban tetap terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.

b. Ketergantungan Emosional: Trauma bonding dapat menciptakan ketergantungan emosional yang mendalam. Korban sering merasa bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa pelaku atau bahwa mereka tidak layak mendapatkan hubungan yang lebih baik, yang membuat mereka sulit untuk meninggalkan hubungan tersebut.

c. Efek Trauma dan Stigma: Trauma bonding sering diperburuk oleh dampak trauma emosional dan stigma sosial. Korban mungkin merasa malu atau takut dihakimi oleh orang lain jika mereka mencoba untuk keluar dari hubungan, membuat mereka lebih rentan untuk tetap berada dalam situasi yang merugikan.

**4. Dampak Trauma Bonding

a. Dampak Kesehatan Mental: Trauma bonding dapat mengakibatkan gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Korban mungkin mengalami perasaan putus asa, rendah diri, dan kehilangan kontrol atas hidup mereka.

b. Pengaruh pada Kesehatan Fisik: Stres berkepanjangan akibat trauma bonding juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik, menyebabkan masalah seperti gangguan tidur, penurunan nafsu makan, dan masalah kesehatan kronis yang terkait dengan stres.

c. Kesulitan untuk Meninggalkan Hubungan: Korban sering mengalami kesulitan untuk meninggalkan hubungan toksik karena perasaan terikat yang kuat dan ketidakmampuan untuk melihat jalan keluar. Mereka mungkin merasa terjebak dalam pola siklus kekerasan dan kesulitan untuk mencari dukungan atau solusi.

**5. Mengatasi Trauma Bonding

**a. Mencari Dukungan Profesional: Konsultasi dengan terapis atau konselor yang berpengalaman dalam menangani trauma dan hubungan toksik dapat membantu korban memahami pola trauma bonding dan merancang strategi untuk mengatasinya.

**b. Membangun Jaringan Dukungan: Mencari dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat memberikan bantuan emosional dan praktis dalam proses pemulihan dan keputusan untuk meninggalkan hubungan toksik.

**c. Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran tentang trauma bonding dan efeknya dapat membantu korban dan masyarakat memahami dinamika hubungan toksik dan meningkatkan kapasitas untuk mendukung individu yang terjebak dalam situasi tersebut.