Siang ini, matahari sangat terik sekali. Tiga puluh delapan derajat celcius, menurut pengukur suhu yang terpasang di sistem mobil. Warung kopi sedang ramai-ramainya, melayani para pekerja kantoran yang mampir untuk menyeruput segelas kopi sambil melepas lelah.
Berbeda dengan para pekerja kantoran, kami malah sibuk dengan kegiatan mencari destinasi lainnya. Mobil tim bolak-balik mengikuti arah GPS yang tak jelas arahnya. Padahal saya yakin sekali input yang saya masukkan sudah jelas sekali. Aloe Vera Center.
Kesal dengan GPS, kami menggunakan aplikasi GPS lain yaitu Gunakan Penduduk Sekitar (GPS). Beberapa orang yang kami tanya juga tak paham Dimana lokasi yang kami maksud. Karena sudah malas dan siang terik sekali, kami memutuskan untuk melewati sekali lagi jalan itu, kalau masih tidak ketemu ya sudahlah.
Mobil kami bergerak sangat lambat mengikuti arah GPS. Sekonyong-konyong terlihat sebuah bangunan besar dengan plang kecil bertuliskan “Agroteknologi blablabla”. Kami yang penasaran langsung parkir di gedung tersebut.
Alangkah kagetnya ketika di belakang gedung tersebut adalah taman dari si Aloe Vera alias lidah buaya. Plang yang ada didepan gedung tak menunjukkan sama sekali tentang adanya si lidah buaya, atau mungkin saya yang kurang teliti dalam membaca.
Jadi, menurut beberapa teman pembaca di @catatanbackpacker, saya wajib mencoba es lidah buaya yang terkenal di Pontianak. Saya sudah mencobanya dan rasanya gokil enak banget! Manis segar asam berpadu jadi satu. Karena enak, maka dari itu kami mampir sekedar untuk bertanya tentang aloe vera ini. Ternyata, lidah buaya memiliki aneka kandungan zat yang dibutuhkan oleh tubuh lho!
Jadi yang mampir ke Pontianak, jangan lupa nyobain Es Lidah Buayanya Pontianak, dijamin jos!
Setelah mengunjungi Vihara tertua di Pontianak, kami mencari lagi rumah-rumah ibadah yang memiliki sejarah-sejarah unik. Apalagi, Pontianak juga salah satu kota yang penganut agamanya lengkap 😁.
Langkah kami terhenti di Masjid Agung Raya Mujahidin. Masjid yang terletak di pusat kota Pontianak ini dibangun pada tahun 1978. Sejak masa-masa awal pembangunannya, Masjid kebanggaan umat muslim Kalimantan Barat ini menyimpan histori perjuangan panjang. Mujahidin yang artinya perjuangan ummat, dipilih menjadi nama masjid terbesar di Kalimantan Barat ini.
Dengan empat menara yang berdiri tegak dan sebuah kubah yang berukuran sangat besar, membuat salah satu bangunan historis di kota ini patur dikunjungi.